Sabtu, 30 Mei 2015

Candi Tegowangi

Sesuai dengan namanya, candi ini terletak di Desa Tegowangi, kecamatan Plemahan, sekitar 4 Km dari pusat kota Pare Kediri.
Candi Tegowangi memiliki ketinggian sekitar 4,35 M dan berukuran 11,20 x 11,20 M.
Seperti yang disebutkan dalam Kitab Paraton, candi Tegowangi merupakan tempat pendermaan Bhre Matahun. Dalam kitab Negarakertagama, dijelaskan bahwa Bhre Matahun meninggal tahun 1310 C (1388 M), maka diperkirakan candi ini dibangun pada tahun 1400 di masa majapahit, karena pendhermaan seorang raja dilakukan 12 tahun setelah sang raja meninggal dengan upacara Srada.
Menelisik dari bentuk bangunan, candi Tegowangi berbentuk bujur sangkar dan menghadap ke barat. Pondasinya terbuat dari batu bata, sedangkan balur kaki dan sebagian tubuh yang tersisa terbuat dari batu andesit. Bagian kaki candi berlipit dan berhias. Tiap sisi kaki candi ditemukan tiga panil tegak yang dihiasi raksasa atau gana yang duduk berjongkok, kedua tangan diangkat ke atas seperti mendukung bangunan candi. Di atasnya terdapat tonjolan-tonjolan berukir melingkari kaki candi. Di atas candi terdapat sisi genta yang berhias.
Di halaman candi terdapat beberapa arca, yaitu Parwati, Ardhanari, Garuda berbadan manusia, dan sisa-sisa bangunan candi di sudut tenggara. Candi ini diyakini sebagai candi beraliran agama hindu.

Kamis, 28 Mei 2015

Goa Gambir (Goa Pesugihan)

Terletak di Tarokan Kab.Kediri. untuk mencapai tempat keramat ini, kita harus berjalan menuruni tebing yang cukup curam. Untungnya, tebing itu sudah dipangkas sedemikian rupa, sehingga tersusunlah undakan-undakan tangga yang terbuat dari potongan bambu. Dengan begitu, kita tak perlu takut terpeleset sebelum mencapai lokasi yang akan dituju.
Tiba di lokasi, sejanak Misteri istirahat di bawah pohon trembesi besar yang daunnya menari-nari tertiup angin. Asri dan tenteram rasanya. Di sampaing itu, Misteri juga sempat melihat ayam-ayam berkisar yang sedang hinggap dipohon-pohon yang banyak terdapat di sana. Tak kalah eksotik adalah kemunculannya burung-burung puyuh yang berlarian di bawah semak-semak, seolah saling berkejaran.
Demikianlah sekilas gambaran suasana yang bisa kita saksikan dan rasakan sendiri saat mengunjungi Goa Gambir, yang terletak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Konon, di balik keindahan alamnya yang masih asri, menurut cerita masyarakat setempat, kawasan hutan ini merupakan salah satu tempat yang bisa dijadikan ajang untuk pertemuan dengan lelembut, dan melakukan kontak gaib dengan mereka.
Obyek wisata alam ini memang menyuguhkan panorama indah lereng gunung Wilis dengan ciri khas batu padas. Panorama di sini didukung dengan tanaman hutan yang masih asli, seperti ketapang, gebang, dan keben. Tapi yang lebih dominan di sini adalah barisan pohon mangga. Ya, didekat Goa Gambir memang terdapat hutan mangga yang luasnya diperkirakan hampir 159 hektar. Apalagi kalau sudah musimnya mangga berbuah, para pengunjung bisa makan mangga sampai mabok, tanpa perlu membayar sepeserpun. Siapa pun cukup memetik sendiri, tanpa perlu membelinya.
Yang menarik, Goa Gambir dipercaya menyimpan kekuatan mistis tertentu. Ikhwal munculnya kepercayaan ini, besar kemungkinan disebabkan karena tempat ini terletak di lereng gunung Wilis yang memang terkenal penuh misteri. Karena kuatnya kepercayaan tersebut, maka tidak semua orang yang datang ke Goa Gambir ini untuk tujuan menikmati keindahan alam untuk sekedar melepaskan kepenatan pikiran. Namun, banyak juga orang yang datang ke sana dengan tujuan khusus, seperti semedi guna mempertajam kepekaan batin, ngalap berkah, hingga untuk mencari pesugihan.

AIR TERJUN PARIJOTHO KEDIRI

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri kini memiliki satu obyek wisata baru. Air Terjun Parijotho, di Desa Pamongan, Kecamatan Mojo. Lokasi Air terjun bersap tiga ini pertama kali ditemukan seorang warga yang hendak kehutan di Desa setempat.Warga sangat antusias sekali membuka akses jalan masuk ke lokasi. Mereka bekerja dengan bersama-sama untuk membuka akses jalan menuju lokasi wisata alam ini.
Air Terjun Parijoto benar-benar luar biasa, ketinggian masing-masing sap 40 meter. Lokasinya berada di sebelah selatan Air TerjunDolo. Kini, tim dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri masih melakukan survey. Ini adalah objek wisata alam baru, dan dapat menambah kolek situjuan wisata Kabupaten Kediri. Air Terjun Parijotho dapat diakses melalui Jalan Raya Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Falah, Desa Ploso, Kecamatan Mojo. Lokasinya berada di sebelah barat pondok dengan jarak tempuh 12 kilometer.
Dari arah barat kota Kediri, air terjun Parijotho, berjarak kurang lebih 25 kilometer. Karena baru ditemukan, kendaraan roda empat baru bisa masuk sampai dengan jarak 3 kilometer.Kemudian, pengunjung dapat menuju kelokasi naik sepeda motor, sampai jarak 2 kilometer. Selanjutnya ditempuh jalan kaki.Dengan ditemukannya Air TerjunParijotho, penikmat wisata alam bisam emiliki alternatif barudari Air TerjunDolo dan Ironggolo yang terletak di Dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo

Rabu, 27 Mei 2015

AIR TERJUN LEANGAN

Air terjun Ngleyangan dimaksud juga Wisata kediri Air Terjun Sekartaji. Jatuhnya air dari ketinggian + 123 Mtr. sebagai daya tarik object wisata ini disamping hawa sejuk lantaran ada diketinggian 800 mtr. dari permukaan laut. Air terjun ini terdapat di lereng timur gunung Wilis.

Legenda
Diatas puncak air terjun ini ada bekas sumur serta patung-patung Hindu. Konon di situlah tempat Mpu Brahmaraja hidup bersama-sama putrinya Dewi Amisani (Dandang Gendis) untuk sekian hari lamanya hingga ia dijemput pulang ke keraton Kediri untuk dinpbatkan jadi Raja Kediri yang baru bergelar SriKertajaya untuk mengambil alih Jayasheba uyang mangkat lebih dari satu bln. sebelumnya


Lokasi
Terdapat di Dusun Goliman, Desa Parang Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.
Peta serta Koordinat GPS

Aksesbilitas
Wisata kediri Berjarak kurang lebih + 20 Km ke arah Barat Laut Kota Kediri. Sanggup ditempuh dengan memakai kendaran pribadi atau angkutan umum
Seandainya memakai angkutan umum dari kota Kediri naik bus 3/4 jurusan ke kota Nganjuk. Turun di Pasar Gringging.
Seterusnya naik Angkudes menuju Dusun Goliman, Desa Parang, desa paling akhir sebelum akan naik ke perbukitan menyusuri jalan ke titik air terjun. Angkudes ini ada di depan Pasar Gringging. Alternatif tak sekedar angkudes, dapat dengan memakai ojek sepeda motor yang dapat didapati di depan Pasar Gringging.
Seterusnya sehabis turun di Dusun Goliman, perjalanan diteruskan dengan jalan kaki menyusuri perbukitan dengan ladang masyarakat di kanan kiri dan separuuh perjalanan melewati hutan, kurang lebih 6 km (kurang lebih 2, 5 jam saat tempuh). Tiada anjuran jalan yang pasti. Paling cuma goresan dari cat di bebatuan serta ikuti pipa air
Air Terjun Ngleyangan juga dapat ditempuh melalui Kecamatan Banyakan. Dari kota Kediri naik bus 3/4 menuju Nganjuk, turun Pasar Banyakan. Lalu dilanjutkan perjalanan ke arah barat, menuju Dusun Goliman. Situasi jalan beraspal mulus sampai ke desa paling akhir, Banyakan, bakal tapi berubah bebatuan sampai tiba di Dusun Goliman.

Layanan serta Akomodasi

Ketiadaan area parkir mengharuskan buat yang membawa kendaraan dengan menitipkan kendaraannya pada masyarakat setempat dengan memberikan uang secukupnya untuk biaya penitipannya. 

WATU TULIS



Watu tuls di daerah perbataan antara desa ngetrep dengan tulung agung tpatnya di seblah slatannya sungai purba tulung agung , menurut para ahli yang saya coba konfirmasi ke “PASSAK” salah satu perkumpulan sejarah di kediri bahwa  tulisan tersbut terbaca "Jatyahatrama"  yang berarti Kejujuran Keperdulian terhadap rama (guru), hal ini sesuai dengan isi. Dasasila yang menyatakan adanya patuh terhadap guru (gurususrusa) (Nugroho, 2015). sebuah inskripsi yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut dahulu merupakan tempat pendidikan keagamaan abad XII Masehi.

MAKAM CIKAL BAKAL DESA NGETREP




Di dusun ngetrep desa ngetrep terdapat makam keluarga , dipercaya makam itu merupakan makam orang yang pertama kali membuka daerah ngetrep, menurut  bapak Susanartomo yang merupakan ahli waris dari makam keramat tersebut “ mkam tu adalah makam dar mbah sono karyo yang merupakan makam orang yang pertama kali membuka desa ngetrep, beliau adalah keturunan dari kerajaan solo, ketika beliau mennggal sudah ada tempatnya sendiri
yaitu sebuah tempat yang mirip dengan lesung dan ada penutupnya tapi itu hanya jasadnya saja yang meninggal untuk arwahnya msih berada dirumahnya , sesekali beliau muncul untuk menemui cucu-cucunya” di smpang makam dari mbah sono karyo juga terdapat makam keturunan dari beliau.